sing a song

Translate ^o^

Selasa, 04 Desember 2012

Bakat dan Kreativitas Anak SD


Mata Kuliah :Pendidikan Anak di SD 
Dosen           : Dr. Zainuddin M.Pd 

Sebagaimana hanya dengan minat, setiap anak memiliki bakat yang berbeda. Ada yang berbakat dalam musik, melukis, menari, mengoperasikan komputer dan lainya. Hal ini menunjukan bahwa anak berbeda dalam jenis bakat nya. 


A.    Pengertian Bakat
Pengertian bakat dalam Kapita Selekta Pendidikan SD adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu tugas tanpa banyak bergantung pada latihan. Namun demikan, bakat juga perlu dikembangkan agar dapat lebih terwujud dalam kehidupan seseorang. Hal ini sesuai dengan yang di ungkapkan oleh Utami Munandar (1987) bahwa bakat merupakan kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud. Pendapat ini juga sejalan dengan yang dikemukakan oleh Suwarno (1986) bahwa bakat adalah kondisi didalam diri seseorang yang memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai kecakapan, pengetahuan dan keterampilan khusus. Dengan demikian bakat merupakan potensi yang ada dalam diri seseorang yang perlu dilatih dan dikembangkan karena tanpa latihan dan pengembangan maka bakat yang ada dalam diri seseorang tidak akan terwujud.

B.     Bakat Sebagai Potensi Yang Dapat Dikembangkan
Dalam masa pertumbuhannya bila bakat anak tidak terwujud secara nyata maka hal ini mungkin disebabkan oleh orang tua,guru, atau sekolah dan pergaulan.Disisi orang tua, tidak jarang dijumpai orang tua yang tidak menyadari atau tidak mengenal bakt-bakat anaknya. Meskipun ia mengenal bakat anaknya dan memiliki sarana untuk mengembangkannya, namun ini bukanlah sesuatu yang penting.
Utami Munandar (1987) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang dapat menentukan sejauh mana bakat anak dapat terwujud. Faktor-faktor tersebut adalah berikut ini :

      1.      Faktor  Dalam Diri Anak
Bagaimana minat anak pada sesuatu, seberapa besar keinginanya untuk mewujudkan bakatnya dalam prestasi, misalnya anak yang berbakat melukis mengikuti lomba melukis di sekolah karena ia ingin menjadi juara.

      2.      Faktor Keaadaan Lingkungan Anak
Seberapa jauh anak mendapat kesempatan untuk mengembangkan bakatnya, sarana an prasarana yang tersedia, berapa besar dukungan dan dorongan orangtua, bagaimana keaadaan social ekonomi orang tua maupun tempat tinggalnya.

            C.     Pengertian Kreativitas

Secara universal tidak ada definisi yang dapat diterima mengenai kreativitas, mengingat begitu kompleksnya konsep kreativitas. Utami Munandar (1987) dalam bukunya mengenai Mengembangkat Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, memberikan beberapa pengertian kreativitas berdasarkan pendapat para ahli, salah satunya juga merupakan pengertian dasar kreativitas bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi dan unsur-unsur yang ada. Umumnya orang mengertikan kreativitassebagai daya cipta, khususnya menciptakan hal-hal baru.

Jika ditinjau dari belahan otak manusia yang terdiri dari belahan otak kanan dan kiri, tampak bahwa masing-masing memiliki kekhususan tersendiri. Belahan otak kiri banyak mengontrol bagian kanan tubuh manusia, ternyata di dalam banyak lingkungan budaya cenderung lebih dominan dan lebih dikembangkan, khususnya begitu anak mulai sekolah. Belahan otak kiri banyak berkaitan dengan verbal, matematis, analitis, rasional serta hal-hal yang menekankan pada keteraturan. Sedangkan belahan otak kanan yang mengontrol bagian kiri tubuh , terutama mengkhususkan pada hal-hal yang bersifat noverbal dan holistic, intuitif, imaginative. Agar kreativitas seseorang dapat lebih terwujud, maka belahan otak kanan perlu diasah (Rosemini,2000).

Pengertian lain dari kreativitas yang juga merupakan kesimpulan dari Utami Munandar menyebutkan bahwa secara operasional kreativitas adalah kemampuan mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan meskipun sulit memahami kreativitas hanya dari satu definisi maka kita perlu mengenal bermacam-macam definisi dan sudut pandang para pakar yang mengemukakan kreativitas.

D.    Hubungan Kreativitas dengan Kecerdasan

Teori ambang inteligensia untuk kreativitas dari Anderson memaparkan bahwa sampai tingkat intelegensi tertentu, yang di perkirakan seputar IQ 120, ada hubungan yang erat antara inteligensia dengan kreativitas. Hal ini dapat dimengerti karena untuk menciptakan suatu produk kreativitas yang tinggi diperlukan tingkat inteligensia yang cukup tinggi pula. Lebih lanjutr Anderson mengatakan bahwa diatas ambang inteligensia itu tidak ada korelasi yang tinggi lagi antara inteligensia dan kreativitas.
Yang perlu kita ingat ialah kreativitas diperoleh dari pengetahuan atau pengalaman hidup. Pengetahuan yang selama ini diperoleh dari lingkungan dikumpulkan dan diintegrasikan kedalam suatu bentuk yang barudan orisinil. Dengan demikian kita dapat mengacu pada pendapat  Hurlock (1987) bahwa kreativitas tidak dapat berfungsi dalam keadaan vakum karena berasal dari apa yang telah diperoleh selama ini, dan hal ini juga tergantung pada kemampuan intelektual seseorang.

E.     Belajar dan Berpikir Kreatif

Seperti telah dikemukakan bahwa kelancaran, kelenturan, orisinalitas, elaborasi atau perincian, merupakan ciri-ciri dari kreativitas yang berhubungan dengan kemampuan berpikir seseorang, yaitu kemampuan berpikir kreatif. Selain itu ada ciri-ciri lain yang sama pentingnya yaitu afektif dari kreativitas, meliputi dorongan atau motivasi dari dalam untuk berbuat sesuatu serta pengabdian atau pengikatan diri terhadap tugas (Utami Munandar, 1987).
Belajar kreatif tidak hanya berkaitan dengan perkembangan kognitif, tetapi juga berkaitan dengan penghayatan pengalaman belajar yang mengasyikkan. Supaya perilaku kreatif kreatif dapat terwujud maka cirri kognitif maupun afektif dari kreativitas perlu dikembangkan secara terpadu dalam proses belajar.

      1.      Menciptakan Lingkungan di Dalam Kelas yang Merangsang Belajar Kreatif
a.       Memberikan pemanasan
      Pemberian pemanasan dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan terbuka, dan bukan pertanyaan tertutup, dimana siswa tinggal menjawab ya atau tidak. Selain itu juga bisa mendorong siswa mengajukan pertanyaan sendiri terhadap suatu masalah.

b.      Pengaturan fisik
      Pengaturan fisik atau ruang kelas saat belajar juga dapat mempengaruhi suatu proses belajar kreatif. Pengaturan fisik di kelas harus bisa disesuaikan dengan kebutuhan dalam menunjang pembelajaran jadi lebih efektif.

c.       Kesibukan di dalam kelas
      Umumnya situasi belajar kreatif lebih banyak menuntut siswa untuk aktif melakukan kegiatan fisik dan diskusi. Maka dari itu guru harus dapat membedakan antara kesibukan yang aktif dan diskusi yang produktif dengan kesibukan dan diskusi yang sekedar ‘mengobrol’.

d.      Guru sebagai fasilitator
      Peran guru harus terbuka, mendorong siswa untuk aktif belajar dapat menerima gagasan siswa, memupuk siswa untuk member kritik membangun dan mampu memberikan penilaian terhadap diri sendiri, menghindari hukuman atau celaan terhadap ide yang tidak biasa, dan menerima perbedaan menurut waktu dan kecepatan setiap siswa dalam menuangkan ide-ide barunya.

      2.      Mengajukan dan Mengundang Pertanyaan
Pertanyaan yang merangsang pemikiran kreatif adalah pertanyaan divergen (terbuka), karena memiliki banyak kemungkinan jawaban. Pertanyaan semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan fakta, merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka. Agar tampak manfaatnya, pertanyaan terbuka harus mencakup bahan yang cukup dikenal siswa. Oleh karena itu, guru pun disarankan untuk tetap berada dalam jalur tujuan instruksional dari suatu pokok pembahasan.
Dilain pihak peran  guru juga sangat penting karena ia harus sebagai fasilitator yang dapat mengenalkan masalah dan memberikan informasi yang diperlukan siswa untuk membahas masalah. Selain itu guru juga harus tahu  pada saat kapan peran sertanya diperlukan.
  
3.      Memadukan Perkembangan Kognitif (berpikir) dan Afektif (sikap dan perasaan) a.       Ciri kemampuan berpikir kreatif 
            Ciri ini adalah (1) keterampilan berpikir lancar ( lancar mengajukan pertanyaan dan gagasan, banyak gagasan atau satu masalah, dapat dengan cepat melihat kesalahan atau kejanggalan dari suatu objek, (2) keterampilan berpikir luwes (member perimbangan atas berbagai situasi, pemberian penjelasan/interpretasi yang berbeda atas suatu masalah, menerapkan suatu konsep dengan cara yang berbeda), (3) keterampilan berpikir orisinal (mampu memikirkan masalah yang tidak terpikirkan orang lain, cara pendekatan atau pemikiran melalui pendekatan baru),(4) keterampilan merinci, (5)keterampilan menilai.

b.      Ciri afektif
            Tercakup didalamnya (1) rasa ingin tahu, (2) bersifat imaginative, (3) merasa tertantang oleh kemajemukan, (4) sifat berani mengambil resiko, dan (5) sifat menghargai.

c.       Menggabungkan pemikiran divergen dan pemikiran konvergen
            Pemikiran konvergen yang menuntut siswa mencari jawaban tunggal yang paling tepat berdasarkan informasi yang diberikan, tampaknya sudah tidak asing bagi siswa. Berbagai soal dan masalah yang diajukan disekolah menuntut siswa untuk diselesaikan melalui satu jawaban yang benar.

            Dilain pihak, pemikiran divergen menuntut siswa untuk mencari sebanyak mungkin jawaban terhadap suatu persoalan. Tanpa disadari sebetulnya semua proses pemikiran saling berkaitan. Jika seseorang memiliki keterampilan dalam berpikir lancar. Misalnya akan menunjang keterampilan berpikir luwes. Berbicara tentang keterampilan berpikir konvergen dan divergen, tidak berarti bahwa keduanya harus berada dalam suatu kegiatan yang berbeda. Guru sebetulnya dapat menggabungkan keduanya dalam suatu proses belajar mengajar, dimana yang satu dapat mengikuti atau mendahului yang lain.

d.      Menggabungkan proses berpikir dengan proses afektif
            Sebelumnya telah diuraikan mengenai ciri-ciri berpikir kreatif dan ciri-ciri afektif. Melalui hal itu guru dapat merancang kegiatan belajar mengajar dengan mengkombinasikan keduanya. Dari apa yang dikemukakan mengenai belajar dan berpikir kreatif, akan sangat ideal jika hal ini benar-benar dapat dilaksanakan di dunia pendidikan kita.

F.      Faktor-Faktor Yang Berpengaruh dan Sumber-Sumber Kreativitas Yang Perlu Dikembangkan

   Kreativitas dapat terwujud, di mana saja dan oleh siapa saja, tidak tergantung pada usia, jenis kelamin, keadaan sosial ekonomi atau tingkat pendidikannya. Semua orang memiliki bakat kreatif, namun jika bakat kreatif tersebut tidak dipupuk tentu tidak akan berkembang, bahkan bisa menjadi terpendam. Beberapa penelitian (Getzels & Jackson, 1962; Block & Block, 1987; dan Runco, 1992) mengenai lingkungan rumah menunjukkan bahwa keluarga dari anak yang kreatif cenderung menerima anak apa adanya (tidak memaksa untuk mengubahnya), merangsang rasa ingin tahu intelektualnya, dan membantu mereka untuk memilih dan menekuni sesuatu yang diminati (dalam Shaffer, 1996). Anak yang kreatif memang sudah berbakat (sudah memiliki potensi tertentu), namun mereka juga memiliki motivasi untuk mengembangkan bakat khususnya. Semua ini merupakan faktor yang ada dalam diri seseorang. Di sisi lain, lingkungan juga merupakan hal yang penting karena memupuk bakat dan motivasi anak. Anak juga didorong oleh keluarga dan secara intensif ditangani oleh ahlinya. Dengan demikian, dikatakan bahwa perkembangan bakat kreatif seseorang berkaitan dengan 2 faktor, yaitu motivasi seseorang untuk mengembangkannya, dan lingkungan yang mendukung perkembangannya, termasuk latihan yang ditangani ahli. Mengingat pentingnya faktor lingkungan maka orang tua dan guru perlu memberikan dorongan untuk merangsang potensi kreatif.

        Berkaitan dengan anak usia SD, tak ada salahnya untuk mengenal ciri-ciri yang berkaitan dengan perkembangan kreativitas anak usia SD tersebut. Arasteh (dalam Hurlock, 1978) mengemukakan adanya masa-masa kritis dalam perkembangan kreativitas. Hal ini perlu diketahui karena dapat menghalangi perkembangan kreativitas anak. Masa-masa kritis tersebut adalah usia 5-6 tahun, usia 8-10 tahun, 13-15 tahun dan 17-19 tahun. Berkaitan dengan anak usia SD maka hanya akan dibahas 2 masa kritis utama.

      a.       Usia 5-6 tahun
            Sebelum anak siap masuk sekolah, anak diajarkan untuk menerima apa yang ditetapkan oleh tokoh otoriter, mematuhi aturan dan keputusan orang dewasa di lingkungan rumahnya, kemudian ini senua akan berkembang di lingkungan sekolah. Lingkungan yang sangat otoriter akan menghambat kreativitas anak.

      b.      Usia 8-10 tahun
            Merupakan masa dimana kebutuhab anak dapat diterima sebagai anggota dalam kelompok teman sebayanya. Dalam disimpulkan bahwa setiap tahapan usia memiliki masa kritis dalam perkembangan kreativitasnya, namun perlu disadari bahwa faktor lingkungan tetap diperlukan untuk mewujudkan kreativitasnya.

Sumber-sumber kreativitas yang perlu dikembangkan
Dalam bukunya Child development, Berk (2000) mengemukakan beberapa komponen dari kreativitas dan bagaimana cara orang tua maupun guru untuk memperkuat peran komponen-komponen tersebut dalam diri seorang anak.

1.      Sumber Kognitif
      Hasil karya kreatif melibatkan ketrampilan kognitif dalam tingkat yang tinggi. Tidak sekedar memecahkan masalah, tetapi juga dalam menemukan masalah. Begitu masalah ditemukan, kemampuan untuk mengenal masalah. Pada anak-anak makin banyak usaha untuk mengenal masalah, semakin orisinal hasil yang dicapai. Moore, 1985 (dalam Berk, 2000) telah melakukan penelitian terhadap sejumlah siswa SD yang diminta untuk memilih suatu objek dan menceritakannya. Anak yang mencari tahu lebih banyak mengenai objek tersebut, menemukan dan mengenal masalah lebih dalam, hasil cerita mereka juga lebih orisinil.

      Pemikiran divergen adalah penting dalam membuat kesimpulan dari suatu masalah. Namun perlu diingat bahwa kreativitas tetap memerlukan kerja sama antara pemikiran divergen maupun konvergen. Mereka yang kreatif mengandalkan proses insight yang melibatkan kombinasi dan pembentukan kembali elemen-elemen melalui cara yang bermanfaat. Walau bagaimanapun pengetahuan merupakan sesuatu yang penting dalam kreativitas di segala bidang karena tanpa pengetahuan manusia tidak akan mengenal dan memahami ide-ide baru.

2.      Sumber Kepribadian
      Karakteristik kepribadian turut mengembangkan komponen kognitif dari kreativitas. Beberapa sifat yang harus ada adalah berikut ini :

a.      Gaya inovatif dari berpikir
            Orang-orang kreatif tidak hanya memiliki kapasitas untuk memandang sesuatu dalam cara yang baru, tetapi juga dalam mengolahnya. Dalam menemukan masalah secara inovatif, mereka cenderung memilih aktivitas yang tidak terlalu terstruktur.

b.      Sikap toleran pada ketekunan dan sesuatu yang jamak
            Tujuan kreatif adalah memungkinkan timbulnya situasi yang tidak pasti, khususnya jika masalah tidak cocok satu sama lain. Tidak menutup kemungkinan pada saat itu seseorang akan merasa ditekan untuk menyerah atau terdorong untuk menemukan pemecahan.



c.       Kemauan untuk mengambil risiko
              Kreativitas memungkinkan seseorang menghadapi situasi yang penuh tantangan. Mendorong untuk berpikir pada situasi yang penuh tantangan dapat meningkatkan proses berpikir divergen.

d.      Berani terhadap pendapat
Oleh karena ide-idenya yang orisinil, tidak menutup kemungkinan untuk ditentang oleh orang lain, khususnya jika guru merasa ragu dengan pendapatnya. Mereka yang percaya diri dan memiliki self esteem (harga diri) yang tinggi, memungkinkan untuk menjadi kreatif.

3.      Sumber Motivasi
      Motivasi untik kreativitas lebih menitikberatkan pada tugas daripada tujuan. Hal ini menunjukkan pada keinginan untuk berhasil pada tingkat yang lebih tinggi, tetap memusatkan perhatian pada masalah. Sedangkan jika titik beratnya pada tujuan, hal ini banyak berkaitan dengan hadiah/penghargaan secara ekstrinsik (dari luar), seperti peringkat dan hadiah. Namun demikian, hadiah/penghargaan dari luar tidak selalu menganggu kreativitas karena dapat membangkitkan anak untuk menghasilkan sesuatu yang bersifat inovatif.

4.      Sumber Lingkungan
      Lingkungan dapat menciptakan kondisi fisik maupun sosial yang membantu seseorang untuk menghasilkan dan mengembangkan ide-ide baru. Dari penelitian terhadap anak berbakat, menunjukkan bahwa mereka berasal dari lingkungan rumah yang sarat akan bahan bacaan maupun yang merangsang berbagai aktivitas, serta orang tua yang menekankan pada rasa ingin tahu dan menerima kekhasan anak (Albert dkk, 1994 dalam Berk 2000).

      Dengan mengetahui sumber-sumber kreativitas yang meliputi segi inteklektual, kepribadian, motivasional maupun lingkungan, diharapkan lingkungan rumah maupun sekolah dapat memberikan rangsangan yang sesuai, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam belajar kreatif.


1 komentar:

  1. tnks buat artikelnya mmpermudah tugas saya hheee mampir ya ke blog sya syp tw berminat ahmaddputracikall.blogspot.com/

    BalasHapus