Mata Kuliah :Pendidikan Anak di SD
Dosen : Dr. Zainuddin M.Pd
Sebagaimana
hanya dengan minat, setiap anak memiliki bakat yang berbeda. Ada yang berbakat
dalam musik, melukis, menari, mengoperasikan komputer dan lainya. Hal ini
menunjukan bahwa anak berbeda dalam jenis bakat nya.
A. Pengertian
Bakat
Pengertian bakat dalam
Kapita Selekta Pendidikan SD adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu tugas
tanpa banyak bergantung pada latihan. Namun demikan, bakat juga perlu
dikembangkan agar dapat lebih terwujud dalam kehidupan seseorang. Hal ini
sesuai dengan yang di ungkapkan oleh Utami Munandar (1987) bahwa bakat
merupakan kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan
dilatih agar dapat terwujud. Pendapat ini juga sejalan dengan yang dikemukakan
oleh Suwarno (1986) bahwa bakat adalah kondisi didalam diri seseorang yang
memungkinkannya dengan suatu latihan khusus mencapai kecakapan, pengetahuan dan
keterampilan khusus. Dengan demikian bakat merupakan potensi yang ada dalam
diri seseorang yang perlu dilatih dan dikembangkan karena tanpa latihan dan
pengembangan maka bakat yang ada dalam diri seseorang tidak akan terwujud.
B. Bakat
Sebagai Potensi Yang Dapat Dikembangkan
Dalam masa
pertumbuhannya bila bakat anak tidak terwujud secara nyata maka hal ini mungkin
disebabkan oleh orang tua,guru, atau sekolah dan pergaulan.Disisi orang tua,
tidak jarang dijumpai orang tua yang tidak menyadari atau tidak mengenal
bakt-bakat anaknya. Meskipun ia mengenal bakat anaknya dan memiliki sarana
untuk mengembangkannya, namun ini bukanlah sesuatu yang penting.
Utami Munandar (1987)
menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang dapat menentukan sejauh mana bakat
anak dapat terwujud. Faktor-faktor tersebut adalah berikut ini :
1.
Faktor
Dalam Diri Anak
Bagaimana
minat anak pada sesuatu, seberapa besar keinginanya untuk mewujudkan bakatnya
dalam prestasi, misalnya anak yang berbakat melukis mengikuti lomba melukis di
sekolah karena ia ingin menjadi juara.
2.
Faktor Keaadaan Lingkungan Anak
Seberapa
jauh anak mendapat kesempatan untuk mengembangkan bakatnya, sarana an prasarana
yang tersedia, berapa besar dukungan dan dorongan orangtua, bagaimana keaadaan
social ekonomi orang tua maupun tempat tinggalnya.
C. Pengertian
Kreativitas
Secara
universal tidak ada definisi yang dapat diterima mengenai kreativitas, mengingat
begitu kompleksnya konsep kreativitas. Utami Munandar (1987) dalam bukunya
mengenai Mengembangkat Bakat dan
Kreativitas Anak Sekolah, memberikan beberapa pengertian kreativitas
berdasarkan pendapat para ahli, salah satunya juga merupakan pengertian dasar
kreativitas bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat kombinasi baru,
berdasarkan data, informasi dan unsur-unsur yang ada. Umumnya orang mengertikan
kreativitassebagai daya cipta, khususnya menciptakan hal-hal baru.
Jika
ditinjau dari belahan otak manusia yang terdiri dari belahan otak kanan dan
kiri, tampak bahwa masing-masing memiliki kekhususan tersendiri. Belahan otak
kiri banyak mengontrol bagian kanan tubuh manusia, ternyata di dalam banyak
lingkungan budaya cenderung lebih dominan dan lebih dikembangkan, khususnya
begitu anak mulai sekolah. Belahan otak kiri banyak berkaitan dengan verbal,
matematis, analitis, rasional serta hal-hal yang menekankan pada keteraturan. Sedangkan
belahan otak kanan yang mengontrol bagian kiri tubuh , terutama mengkhususkan
pada hal-hal yang bersifat noverbal dan holistic, intuitif, imaginative. Agar kreativitas seseorang
dapat lebih terwujud, maka belahan otak kanan perlu diasah (Rosemini,2000).
Pengertian
lain dari kreativitas yang juga merupakan kesimpulan dari Utami Munandar
menyebutkan bahwa secara operasional kreativitas adalah kemampuan mencerminkan
kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir, serta kemampuan untuk
mengelaborasi suatu gagasan.
Dengan demikian,
dapat disimpulkan meskipun sulit memahami kreativitas hanya dari satu definisi
maka kita perlu mengenal bermacam-macam definisi dan sudut pandang para pakar
yang mengemukakan kreativitas.
D. Hubungan
Kreativitas dengan Kecerdasan
Teori
ambang inteligensia untuk kreativitas dari Anderson memaparkan bahwa sampai
tingkat intelegensi tertentu, yang di perkirakan seputar IQ 120, ada hubungan
yang erat antara inteligensia dengan kreativitas. Hal ini dapat dimengerti
karena untuk menciptakan suatu produk kreativitas yang tinggi diperlukan
tingkat inteligensia yang cukup tinggi pula. Lebih lanjutr Anderson mengatakan
bahwa diatas ambang inteligensia itu tidak ada korelasi yang tinggi lagi antara
inteligensia dan kreativitas.
Yang
perlu kita ingat ialah kreativitas diperoleh dari pengetahuan atau pengalaman
hidup. Pengetahuan yang selama ini diperoleh dari lingkungan dikumpulkan dan
diintegrasikan kedalam suatu bentuk yang barudan orisinil. Dengan demikian kita
dapat mengacu pada pendapat Hurlock
(1987) bahwa kreativitas tidak dapat berfungsi dalam keadaan vakum karena
berasal dari apa yang telah diperoleh selama ini, dan hal ini juga tergantung
pada kemampuan intelektual seseorang.
E.
Belajar dan Berpikir Kreatif
Seperti
telah dikemukakan bahwa kelancaran, kelenturan, orisinalitas, elaborasi atau
perincian, merupakan ciri-ciri dari kreativitas yang berhubungan dengan
kemampuan berpikir seseorang, yaitu kemampuan berpikir kreatif. Selain itu ada
ciri-ciri lain yang sama pentingnya yaitu afektif dari kreativitas, meliputi
dorongan atau motivasi dari dalam untuk berbuat sesuatu serta pengabdian atau
pengikatan diri terhadap tugas (Utami Munandar, 1987).
Belajar kreatif tidak
hanya berkaitan dengan perkembangan kognitif, tetapi juga berkaitan dengan
penghayatan pengalaman belajar yang mengasyikkan. Supaya perilaku kreatif
kreatif dapat terwujud maka cirri kognitif maupun afektif dari kreativitas
perlu dikembangkan secara terpadu dalam proses belajar.
1. Menciptakan
Lingkungan di Dalam Kelas yang Merangsang Belajar Kreatif
a.
Memberikan pemanasan
Pemberian pemanasan dapat dilakukan dengan memberikan
pertanyaan terbuka, dan bukan pertanyaan tertutup, dimana siswa tinggal
menjawab ya atau tidak. Selain itu juga bisa mendorong siswa mengajukan
pertanyaan sendiri terhadap suatu masalah.
b.
Pengaturan fisik
Pengaturan fisik atau ruang kelas saat belajar juga dapat
mempengaruhi suatu proses belajar kreatif. Pengaturan fisik di kelas harus bisa
disesuaikan dengan kebutuhan dalam menunjang pembelajaran jadi lebih efektif.
c.
Kesibukan di dalam kelas
Umumnya situasi belajar kreatif lebih banyak menuntut siswa
untuk aktif melakukan kegiatan fisik dan diskusi. Maka dari itu guru harus
dapat membedakan antara kesibukan yang aktif dan diskusi yang produktif dengan
kesibukan dan diskusi yang sekedar ‘mengobrol’.
d.
Guru sebagai fasilitator
Peran guru harus terbuka, mendorong siswa untuk aktif belajar
dapat menerima gagasan siswa, memupuk siswa untuk member kritik membangun dan
mampu memberikan penilaian terhadap diri sendiri, menghindari hukuman atau
celaan terhadap ide yang tidak biasa, dan menerima perbedaan menurut waktu dan
kecepatan setiap siswa dalam menuangkan ide-ide barunya.
2. Mengajukan
dan Mengundang Pertanyaan
Pertanyaan yang merangsang pemikiran kreatif adalah pertanyaan
divergen (terbuka), karena memiliki banyak kemungkinan jawaban. Pertanyaan
semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan fakta,
merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka. Agar tampak
manfaatnya, pertanyaan terbuka harus mencakup bahan yang cukup dikenal siswa.
Oleh karena itu, guru pun disarankan untuk tetap berada dalam jalur tujuan
instruksional dari suatu pokok pembahasan.
Dilain pihak peran
guru juga sangat penting karena ia harus sebagai fasilitator yang dapat
mengenalkan masalah dan memberikan informasi yang diperlukan siswa untuk
membahas masalah. Selain itu guru juga harus tahu pada saat kapan peran sertanya diperlukan.
3.
Memadukan Perkembangan Kognitif
(berpikir) dan Afektif (sikap dan perasaan) a.
Ciri kemampuan berpikir kreatif
Ciri ini adalah (1) keterampilan berpikir lancar ( lancar
mengajukan pertanyaan dan gagasan, banyak gagasan atau satu masalah, dapat
dengan cepat melihat kesalahan atau kejanggalan dari suatu objek, (2)
keterampilan berpikir luwes (member perimbangan atas berbagai situasi,
pemberian penjelasan/interpretasi yang berbeda atas suatu masalah, menerapkan
suatu konsep dengan cara yang berbeda), (3) keterampilan berpikir orisinal
(mampu memikirkan masalah yang tidak terpikirkan orang lain, cara pendekatan
atau pemikiran melalui pendekatan baru),(4) keterampilan merinci,
(5)keterampilan menilai.
b.
Ciri afektif
Tercakup didalamnya (1) rasa ingin tahu, (2) bersifat
imaginative, (3) merasa tertantang oleh kemajemukan, (4) sifat berani mengambil
resiko, dan (5) sifat menghargai.
c.
Menggabungkan pemikiran divergen dan
pemikiran konvergen
Pemikiran konvergen yang menuntut siswa mencari jawaban
tunggal yang paling tepat berdasarkan informasi yang diberikan, tampaknya sudah
tidak asing bagi siswa. Berbagai soal dan masalah yang diajukan disekolah
menuntut siswa untuk diselesaikan melalui satu jawaban yang benar.
Dilain pihak, pemikiran divergen menuntut siswa untuk
mencari sebanyak mungkin jawaban terhadap suatu persoalan. Tanpa disadari
sebetulnya semua proses pemikiran saling berkaitan. Jika seseorang memiliki
keterampilan dalam berpikir lancar. Misalnya akan menunjang keterampilan
berpikir luwes. Berbicara tentang keterampilan berpikir konvergen dan divergen,
tidak berarti bahwa keduanya harus berada dalam suatu kegiatan yang berbeda.
Guru sebetulnya dapat menggabungkan keduanya dalam suatu proses belajar
mengajar, dimana yang satu dapat mengikuti atau mendahului yang lain.
d.
Menggabungkan proses berpikir dengan
proses afektif
Sebelumnya telah diuraikan mengenai ciri-ciri berpikir
kreatif dan ciri-ciri afektif. Melalui hal itu guru dapat merancang kegiatan
belajar mengajar dengan mengkombinasikan keduanya. Dari apa yang dikemukakan
mengenai belajar dan berpikir kreatif, akan sangat ideal jika hal ini
benar-benar dapat dilaksanakan di dunia pendidikan kita.
F. Faktor-Faktor
Yang Berpengaruh dan Sumber-Sumber Kreativitas Yang Perlu Dikembangkan
Kreativitas
dapat terwujud, di mana saja dan oleh siapa saja, tidak tergantung pada usia,
jenis kelamin, keadaan sosial ekonomi atau tingkat pendidikannya. Semua orang
memiliki bakat kreatif, namun jika bakat kreatif tersebut tidak dipupuk tentu
tidak akan berkembang, bahkan bisa menjadi terpendam. Beberapa penelitian
(Getzels & Jackson, 1962; Block & Block, 1987; dan Runco, 1992)
mengenai lingkungan rumah menunjukkan bahwa keluarga dari anak yang kreatif
cenderung menerima anak apa adanya (tidak memaksa untuk mengubahnya),
merangsang rasa ingin tahu intelektualnya, dan membantu mereka untuk memilih
dan menekuni sesuatu yang diminati (dalam
Shaffer, 1996). Anak yang kreatif memang sudah berbakat (sudah memiliki potensi
tertentu), namun mereka juga memiliki motivasi untuk mengembangkan bakat
khususnya. Semua ini merupakan faktor yang ada dalam diri seseorang. Di sisi
lain, lingkungan juga merupakan hal yang penting karena memupuk bakat dan
motivasi anak. Anak juga didorong oleh keluarga dan secara intensif ditangani
oleh ahlinya. Dengan demikian, dikatakan bahwa perkembangan bakat kreatif seseorang
berkaitan dengan 2 faktor, yaitu motivasi seseorang untuk mengembangkannya, dan
lingkungan yang mendukung perkembangannya, termasuk latihan yang ditangani
ahli. Mengingat pentingnya faktor lingkungan maka orang tua dan guru perlu
memberikan dorongan untuk merangsang potensi kreatif.
Berkaitan
dengan anak usia SD, tak ada salahnya untuk mengenal ciri-ciri yang berkaitan
dengan perkembangan kreativitas anak usia SD tersebut. Arasteh (dalam Hurlock,
1978) mengemukakan adanya masa-masa kritis dalam perkembangan kreativitas. Hal
ini perlu diketahui karena dapat menghalangi perkembangan kreativitas anak.
Masa-masa kritis tersebut adalah usia 5-6 tahun, usia 8-10 tahun, 13-15 tahun
dan 17-19 tahun. Berkaitan dengan anak usia SD maka hanya akan dibahas 2 masa
kritis utama.
a.
Usia 5-6 tahun
Sebelum anak siap masuk sekolah,
anak diajarkan untuk menerima apa yang ditetapkan oleh tokoh otoriter, mematuhi
aturan dan keputusan orang dewasa di lingkungan rumahnya, kemudian ini senua
akan berkembang di lingkungan sekolah. Lingkungan yang sangat otoriter akan
menghambat kreativitas anak.
b.
Usia 8-10 tahun
Merupakan masa dimana kebutuhab anak
dapat diterima sebagai anggota dalam kelompok teman sebayanya. Dalam
disimpulkan bahwa setiap tahapan usia memiliki masa kritis dalam perkembangan
kreativitasnya, namun perlu disadari bahwa faktor lingkungan tetap diperlukan
untuk mewujudkan kreativitasnya.
Sumber-sumber kreativitas yang
perlu dikembangkan
Dalam
bukunya Child development, Berk
(2000) mengemukakan beberapa komponen dari kreativitas dan bagaimana cara orang
tua maupun guru untuk memperkuat peran komponen-komponen tersebut dalam diri
seorang anak.
1. Sumber
Kognitif
Hasil
karya kreatif melibatkan ketrampilan kognitif dalam tingkat yang tinggi. Tidak
sekedar memecahkan masalah, tetapi juga dalam menemukan masalah. Begitu masalah
ditemukan, kemampuan untuk mengenal masalah. Pada anak-anak makin banyak usaha
untuk mengenal masalah, semakin orisinal hasil yang dicapai. Moore, 1985 (dalam
Berk, 2000) telah melakukan penelitian terhadap sejumlah siswa SD yang diminta
untuk memilih suatu objek dan menceritakannya. Anak yang mencari tahu lebih
banyak mengenai objek tersebut, menemukan dan mengenal masalah lebih dalam,
hasil cerita mereka juga lebih orisinil.
Pemikiran
divergen adalah penting dalam membuat kesimpulan dari suatu masalah. Namun
perlu diingat bahwa kreativitas tetap memerlukan kerja sama antara pemikiran
divergen maupun konvergen. Mereka yang kreatif mengandalkan proses insight yang melibatkan kombinasi
dan pembentukan kembali elemen-elemen melalui cara yang bermanfaat. Walau
bagaimanapun pengetahuan merupakan sesuatu yang penting dalam kreativitas di
segala bidang karena tanpa pengetahuan manusia tidak akan mengenal dan memahami
ide-ide baru.
2. Sumber
Kepribadian
Karakteristik
kepribadian turut mengembangkan komponen kognitif dari kreativitas. Beberapa
sifat yang harus ada adalah berikut ini :
a.
Gaya
inovatif dari berpikir
Orang-orang
kreatif tidak hanya memiliki kapasitas untuk memandang sesuatu dalam cara yang
baru, tetapi juga dalam mengolahnya. Dalam menemukan masalah secara inovatif,
mereka cenderung memilih aktivitas yang tidak terlalu terstruktur.
b.
Sikap
toleran pada ketekunan dan sesuatu yang jamak
Tujuan
kreatif adalah memungkinkan timbulnya situasi yang tidak pasti, khususnya jika
masalah tidak cocok satu sama lain. Tidak menutup kemungkinan pada saat itu
seseorang akan merasa ditekan untuk menyerah atau terdorong untuk menemukan
pemecahan.
c.
Kemauan
untuk mengambil risiko
Kreativitas
memungkinkan seseorang menghadapi situasi yang penuh tantangan. Mendorong untuk
berpikir pada situasi yang penuh tantangan dapat meningkatkan proses berpikir
divergen.
d.
Berani
terhadap pendapat
Oleh karena ide-idenya yang
orisinil, tidak menutup kemungkinan untuk ditentang oleh orang lain, khususnya
jika guru merasa ragu dengan pendapatnya. Mereka yang percaya diri dan memiliki
self esteem (harga diri) yang tinggi,
memungkinkan untuk menjadi kreatif.
3. Sumber
Motivasi
Motivasi
untik kreativitas lebih menitikberatkan pada tugas daripada tujuan. Hal ini
menunjukkan pada keinginan untuk berhasil pada tingkat yang lebih tinggi, tetap
memusatkan perhatian pada masalah. Sedangkan jika titik beratnya pada tujuan,
hal ini banyak berkaitan dengan hadiah/penghargaan secara ekstrinsik (dari
luar), seperti peringkat dan hadiah. Namun demikian, hadiah/penghargaan dari
luar tidak selalu menganggu kreativitas karena dapat membangkitkan anak untuk
menghasilkan sesuatu yang bersifat inovatif.
4. Sumber
Lingkungan
Lingkungan
dapat menciptakan kondisi fisik maupun sosial yang membantu seseorang untuk
menghasilkan dan mengembangkan ide-ide baru. Dari penelitian terhadap anak
berbakat, menunjukkan bahwa mereka berasal dari lingkungan rumah yang sarat
akan bahan bacaan maupun yang merangsang berbagai aktivitas, serta orang tua
yang menekankan pada rasa ingin tahu dan menerima kekhasan anak (Albert dkk,
1994 dalam Berk 2000).
Dengan
mengetahui sumber-sumber kreativitas yang meliputi segi inteklektual,
kepribadian, motivasional maupun lingkungan, diharapkan lingkungan rumah maupun
sekolah dapat memberikan rangsangan yang sesuai, sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam belajar kreatif.
tnks buat artikelnya mmpermudah tugas saya hheee mampir ya ke blog sya syp tw berminat ahmaddputracikall.blogspot.com/
BalasHapus