Pendidikan Anak di SD
Dosen
: Drs. H. Zainuddin,
M.Pd
Teori-teori
Belajar dan Implikasinya dalam Pembelajaran
Kegiatan
Belajar 1
Teori-teori
Belajar
A. Teori Behavioristik
Tokoh
behaviorisme, antara lain J.B. Watson, Thorndike, dan B.F. Skinner (William C.
Crain,1980). J.B. Watsonbegitu yakin dengan teori stimulus responsnya. Ia
memangdang bahwa perilaku manusia sebagai hasil pembentukan melalui kondisi
lingkungan. Perilaku individu dapat dibentuk sesuai dengan kehendak lingkungan.
Pendidikan pun dianggap sebagai pembentuk perilaku manusia. Watson berkeyakinan
bahwa manusia itu dibentuk bukan dilahirkan. Akan tetapi Watson mendapat reaksi
pahit dari masyarakat Amerika waktu itu. Bersamaan dengan resahnya masyarakat
karena pendapat Watson tersebut, Thorndike (1874_1974) mencuatkan teori
belajarnya. Teori belajar Thorndike yang fundamental bahwa belajar lebih
bersifat meningkap bertahap (incremental) ketimbang karena hadirnya insight
(pemahaman). Artinya, belajar terjadi melalui langkah-langkah kecil yang
sistematis daripada sebuah lompatan yang besar.
Sebelum tahun 1930-an. Thorndike
terkenal dengan hukum-hukum belajarnya, yaitu (a) hukum kesiapan, (b) hukum
latihan, (c) hukum akibat, (d) respon berganda, (e)sikap, (f)elemen-elemen prapotensi,
(g) respon dengan analogi, (h) pergeseran sosiatif. Setelah tahun 1930-an
Thorndike meralat hukum latihan dan
hukum akibat. Menurutnya, law of use (hukum keterpakaian) sebagai bagian
dari hukum latihan, yang menyatakan
bahwa pengulangan suatu perilaku pada praktiknya terkadang tidak akurat. Dalam
revisi hukum akibat, ia menyatakan bahwa reinforcement akan menguatkan
hubungan, sedangkan hukuman tidak berpengaruh pada kekuatan hubungan.
Tokoh teori belajar behaviorisme
lainnya ialah Burrhus Frederick Kinner (1904-1990), ia terkenal dengan teori
operand conditioning nya. Menurut teorinya suatu respon seseorang dapat menjadi
stumulis bagi orang itu.
2.
Belajar Menurut Teori Behaviorism
Perilaku menurut pendekatan ini
ialah hal-hal yang berubah dan dapat
diamati. Perilaku terbentuk dengan adanya ikatan sosiatif antara stimulus dan
respon. Menurut teori ini, belajar akan menampakkan hasil yang diamati dan
diukur. Belajar itu sendiri dimodifikasi oleh lingkungan.
Proses belajar terjadi dengan adanya
3 komponen pokok, yaitu stimulus, respon, dan akibat. Stimulus adalah suatu
yang dating dari lingkungan yang dapat membangkitkan respons individu. Respons
menimbulkan perilaku jawaban atas stimulus. Sedangkan akibat adalah suatu yang
terjadi setelah individu merespons baik yang bersifat positif maupun negatif.
B .
Teori Humanisme
1.
Pelopor dan Pandangan Teori Humanisme
Pelopor
dari teori ini antara lain AbrahamMaslow dan Carl Rogers (Anthony J. Sutich dan
Limes A Vich (1969). Mallow mengembangkan teori belajarnya berdasarkan teori
kebutuhan dan perkembangan motivasi. Menurut maslow, manusia merupakan makhluk
yang tidak akan pernah puas dalam pencapaian sesuatu, kecuali hanya sesaat
saja. Oleh karena itu, manusia akan mencari dan mencari peluang lain untuk menutupi
kebutuhannya. Menurut Maslow, puncak pemenuhan kebutuhan yang sekaligus sebagai
ukuran keberhasilan individu ialah berhasil dalam mengaktualisasikan diri dalam
dunianya.
Carl
Rogers, menurutnya manusia sebagai makhluk rasional, sosialis, ingin maju dan
realisti. Baginya manusia merupakan makhluk yang memiliki potensi untuk tumbuh
dan aktual, sehingga memiliki martabat yang tinggi.
Dalam
konteks pembelajaran, Rogers berpendapat bahwa guru/pendidik merupakan
fasilitator terjadinya insight (pemahaman)
atas sesuatu oleh peserta didik. Selain itu, dalam bimbingannya perlu diberi
kebebasan.
Menurut
pengamatan Rogers, pembelajaran yang berbasis learning to be free membuat
peserta didik berupaya untuk menjadi lebih otonom, lebih spontan, dan menjadi
yakin akan dirinya. Senada dengan pengalaman Rogers ini, Djawad Dahlan sampai
kepada suatu ungkapan yang menyatakan bahwa learning to be free merupakan
perkembangan yang berarti untuk menjadi manusia yang “menjadi” (becoming human).
2.
Belajar Menurut Teori Humanisme
Teori
belajar humanisme ini memandang bahwa perilaku manusia ditentukan oleh dirinya
sendiri, oleh faktor internal dirinya dan bukan oleh kondisi lingkungan ataupun
pengetahuan. Dalam istlah Willian C. Crain paham ini disebut dengan istilah
preformanisme, yaitu suatu paham yang meyakini bahwa perkembangan manusia sudah
ditentukan oleh suatu zat yang ada dalam plasma sel sejak masa konsepsi.
Teori
belajar humanism ini yakin bahwa motivasi belajar harus datang dari dalam diri
individu. Proses belajar yang bermakna adalah belajar yang melibatkan
pengalaman langsung, berpikir dan merasakan atas kehendak sendiri dan
melibatkan seluruh pribadi peserta didik.
Rogers
mengemukakan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut ini:
a. Manusia
mempunyai dorongan alamiah untuk belajar ; dorongan ingin tahu, melakukan
eksplorasi dan mengasimilasikan pengalaman baru.
b. Belajar
akan bermakna apabila materi yang dipelajari relevan dengan kebutuhan anak.
c. Belajar
harus diperkuat dengan jalan mengurangi ancaman eksternal, seperti hukuman,
penilaian, sikap merendahkan murid, mencemoohkan dan sebagainya.
d. Belajar
atas inisiatif sendiri akan melibatkan keseluruhan pribadi, baik fartor
internal maupun personal.
e. Sikap
mandiri, kreativitas, dan percaya diri diperkuat dengan penilaian atas diri
sendiri.
Teori
humanisme, salah satu karakteristik yang harus ada pada diri guru/pendidik
ialah memiliki kemampuan memotivasi belajar peserta didiknya. Selain itu guru
juga harus memiliki sikap empati, terbuka, keaslian, kekonkretan, dan
kehangatan.
C.
Teori Belajar Kognitif
1. Tokoh
Teori Belajar Kognitif
a. Max
Wertheimer, Wolfgang Kohler, dan Kurt Koffka
Tokoh ini merupakan pionir teori gestalt yang
mana inti dari teori ini adalah bahwa bagi kognisi manusia keseluruhan akan
lebih berarti daripada bagian-bagian. Oleh karena itu, proses pembelajaran
harus dimulai dari gestalt (keseluruhan) dahulu, setelah itu baru menganalisis
bagian-bagiannya atau unsure-unsurnya.
b. Kurt
Lewin
Tokoh ini merupakan pengembang teori motivasi
di sekitar teori medan. Inti dari teorinya adalah bahwa semakin peserta didik
berada dekat dengan medan belajar, motivasi belajarnya cenderung lebih kuat
dibanding peserta didik yang lebih jauh dari medan belajar.
c. Jean
Piaget
Tokoh ini merupakan seorang teoriwan tahap. Ia
mengemukakan tahap perkembangan kognitif individu, yaitu periode sensori
motorik, periode praoperasional, periode operasional konkret, dan periode
operasional formal.
2. Konsep
Belajar Kognitif
Aspek pada teori ini adalah berpandangan bahwa
proses belajar pada manusia melibatkan proses pengenalan yang bersifat
kognitif. Setiap proses belajar orang dewasa melibatkan kemampuan kognitif yang
lebih tinggi dibandingkan dengan proses belajar anak. Proses kognitif turut
ambil bagian selama proses belajar berlangsung. Oleh karena itu, faktor tahap
perkembangan kognitif individu menjadi
pertimbangan utama dalam berlangsungnya proses belajar karena aliran ini meyakini
adanya tahap-tahap perkembangan kognitif individu yang sesuai dengan
usianya.Salah satu tokoh aliran kognitivisme yang paling berpengaruh terhadap
praktik pendidikan adalah Jean Piaget, ilmuan Perancis ini melakukan penelitian
tentang perkembangan kognitif. Berdasarkan penelitiannya, Piaget membagi proses
perkembangan ke dalam empat tahapan
utama yang secara kualitatif setiap tahapan memunculkan karaktyeristik yang
berbeda-beda. Tahapan perkembangan kognitif itu antara lain :
a. Periode
sensori motor (usia 0;0 - 2;0)
b. Periode
praoperasional (usia 2;0 – 7;0)
c. Periode
operasional konkret (usia 7;0 – 11 atau 12;0)
d. Periode
operasional formal (usia 12;0 – 14 atau 15;0)
3. Penerapan
Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran di SD
Menurut Piaget (William C. Crain) adalah benar
bahwa belajar tidak harus berpusat pada guru atau tenaga kependidikan, tetapi
anak harus lebih aktif. Oleh karenanya peserta didik harus dibimbing agar aktif
menemukan sesuatu yang dipelajarinya. Konsekuensinya materi yang dipelajari
harus menarik minat belajar peserta didik dan menantang sehingga mereka asyik
dan terlibat dalam proses pembelajaran.
Kesadaran anak akan keterlibatannya dalam
proses pembelajaran perlu diarahkan guru. Oleh karena itu guru atau pendidik
harus terlibat bersama peserta didik dalam proses belajar itu.
Selain itu Piaget juga mengisyaratkan bahwa
kemampuan berpikir anak dengan orang dewasa itu berbeda. Implikasinya berarti
bahwa sekuensi (urutan) bahan pembelajaran dan metode pembelajaran harus
menjadi perhatian utama. Anak akan sulit memahami bahan pelajaran jika sekuensi
bahan pelajaran itu lomcat-loncat.
Implikasi dari teori piaget lainnya adalah
dalam proses pembelajaran guru atau pendidik harus memperhatikan tahapan
perkembangan kognitif peserta didik.
D.
Teori
Belajar Konsep
1. Tokoh
Teori Belajar Konsep
a. Dahar
Menurutnya konsep-konsep itu menyediakan
skema-skema terorganisasi untuk mengasimilasikan stimulus-stimulus baru, dan
untuk menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori.
b. Flavell
(1970)
Tokoh ini mengemukakan tujuh dimensi konsep
yaitu
-
Atribut
-
Struktur
-
Keabstrakan
-
keinklusifan
-
generalitas keumuman
-
ketepatan
-
kekuatan atau power
2. Cara
Indiviu Memperoleh Konsep-konsep
Ausubel (1968) mengatakan setiap individu dapat
memperoleh konsep-konsep melalui dua cara, yaitu melalui formasi konsep dan
asimilasi konsep.
a. Formasi
konsep diperoleh individu sebelum ia masuk sekolah. Oleh karena proses
perkembangan konsep-konsep yang diperoleh semasa kecil termodifikasi oleh
pengalaman-pengalaman sepanjang perkembangan individu.
b. Asimilasi
konsep terjadi setelah anak bersekolah. Di sini anak biasanya diberi atribut
sehingga mereka belajar konseptual.
3. Penerapan
Teori Belajar Konsep dalam Pembelajaran di SD
Ada dua
langkah dalam pembelajaran yang berbasis
teori belajar konsep yaitu
a. Penemuan
konsep-konsep yang akan diajarkan.
Ada dua hal yang harus dipertimbangkan ketika
kita akan memberikan pembelajaran konsep. Pertama, perkembangan kognitif atau
usia peserta didik yang kerap kali membuat biasnya pembelajaran konsep.
Persoalannya konsep-konsep yang diajarkan harus sesuai dengan perkembangan
kognitif atau usia peserta didik atau tergantung pada pencapaian konsep mana
yang akan diajarkan kepada peserta didik.
Kedua, tingakat pencapaian konsep yang
diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dirumuskan. Hal ini
harus betul-betul dipertimbangkan sebab akan terkait dengan sampai sejauh mana
penganalisisannya. Tetapi kebanyakan guru lebih menekankan pada konsep-konsep
yang bersifat emergency bagi peserta didiknya. Namun demikian guru harus tetap
memperhatikan dimensi perkembangan kognitif dan tujuan pencapaian konsep-konsep
yang akan diajarkan.
b. Perencanaan
pembelajaran konsep
Ada dua langkah yang perlu dilaksanakan dalam
rencana pembelajaran konsep, yaitu
-
Penentuan tingakat pencapaian konsep
Hal ini perlu didasarkan kepada tuntutan
kurikulum, perkembangan peserta didik, dan tingkat kepentingan konsep.
-
Analisis konsep
Mencakup nama, atribut-atribut criteria dan variable, definisi,
contoh-contoh dan noncontoh, seta hubungan konsep dengan konsep-konsep
lain.
Kegiatan Belajar 2
IMPLIKASI TEORI-TEORI BELAJAR
BEHAVIORISME DALAM PEMBELAJARAN
A.IMPLIKASI TEORI BELAJAR BEHAVIORISME DALAM PEMBELAJARAN
Pemahaman aliran
behaviorisme menekankan penting nya keterampilan dan pengetahuan akademik
maupun perilaku sosial sebagai hasil belajar.Pendekatan yang digunakan dalam
proses belajar adalah pendekatan akademik.
Tujuan pendidikan
ditentukan oleh guru/pendidik sebagai lingkungan sehingga bersifat
eksternal.peserta didik dianggap tidak perlu melakukan pengendalian belajar
sendiri.
B. IMPLIKASI TEORI HUMANISME DALAM PENDIDIKAN
Menurut pandangan ini
guru/tenaga kependidikan berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai
pengajar belaka.Proses pembelajaran diarahkan pada perkembangan
kognitif,afektif maupun psikomotorik persrta didik daripada penekanan pada isi
aspek dan informasi yang dipelajari.Menurut Roopnanire dan
Johnson(1993),pendekatan yang sangat bermakna ialah pendekatan non-akademik
yaitu pendekatan yang lebih mengutamakan perkembangan pribadi peserta didik
secara utuh daripada penguasaan informasi atau pengetahuan.
Rogers(Antony J Sutich dan
Miles A Vich,1969) menegaskan bahwa dalam proses pembelajaran guru berperan
aktif dalam hal-hal berikut :
v Membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif dan sikap
positif terhadap pembelajaran
v Membantu peserta didik mengklasifikasikan tujuan belajar
dengan cara memberikan kesempatan
kepada peserta didik secara bebas menyatakan
apa yang ingin mereka pelajari
v Membantu peserta didik mengembangankan mendorongkan dengan
tujuannya sebagai kekuatan
pembelajaran
v Menyediakan sumber-sumber belajar
C.IMPLIKASI TEORI KOGNITIF DALAM PENDIDIKAN
Dari aliran psikologi
kognitif,teori Piaget tampak lebih banyak digunakan dalam praktek pendidikan
atau proses pembelajaran.Menurut Piaget ( William C. Crain,1980:98) adalah
benar belajar tidak harus berpusat pada guru tetapi anak lebih aktif
Tahap kemampuan berpikir
pra-operasional ditandai dengan berpikir anak yang bersifat egosentrik-simbolik
imlikasinya ialah belajar harus berpusat kepada anak karena anak melihat
sesuatu berdasarkan dirinya sendiri.Tahap kemampuan operasional konkret
ditandai oleh kemampuan anak untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika walaupun
masih terikat oleh objek-objek yang bersifat konkret.Tahap kemampuan berpikir
normal mengimplikasikan bahwa anak melalui proses belajar mengajar harus mampu
menemukan sendiri,memecahkan masalah sendiri bahkan berpikir menurut konsep
sendiri.
D. IMPLIKASI TEORI BELAJAR KONSEP DALAM PEMBELAJARAN
Ada 2 langkah dalam
pembelajaran yang berbasis teori belajar konsep,yaitu
1.
Penemuan
konsep-konsep yang akan diajarkan
2.
Perencanaan
pelajaran yang mencakup penentuan tingkat pencapaian konsep dan analisis konsep
E.IMPLIKASI TEORI BELAJAR DARI AUSUBEL DALAM PEMBELAJARAN
Dalam mendukung pendapat
Ausubel tersebut,Nevak ( 1985 ) mengajukan penerapan peta konsep dalam suatu
proses pembelajaran dengan tujuan agar lebih bermakna.
1.
Advance
Organizer
Diartikan sebagai pengatur awal(Dahar,1996) dan
mempersiapkan pengetahuan siap (Abin Syamsudin 1999).Intinya merupakan proses
penggalian pengalaman masa lalu yang sudah ada dalam struktur kognitif peserta
didik yang relevan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan.
2.
Deferensiasi
Progresif
Cara
mengembangkan konsep tersubsumsi yaitu dengan mengembangkan konsep umum
terdahulu selanjutnya diberikan konsep-konsep yang lebih mendetail dan khusus
sampai pada kecontohnya.Ini yang disebut sebagai deferensiasi sebab suatu kosep
yang diajarkan perlu disusun secara hierarkis.
3.
Belajar
superordinat
Belajar superordinat
terjadi bila konsep-konsep yang dipelajari sebelumnya dikenal sebagai
unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas,lebih inklusif (Dahar,1996).
4.
Penyesuaian
Integratif
Terkadang anak
dihadapkan kepada permasalahan dwifungsi suatu konsep dan dengan kenyataan ini
mereka mengalami semacam pertentangan kognitif.Misalnya penggunaan kata bisa
yang berarti dapat/ mampu dan arti lainnya racun.
Menurut Ausubel
untuk mengatasi atau mengurangi pertentangan kognitif seperti itulah penggunaan
penyesuaian prinsip-prinsip integratif yang sering disebut dengan istilah
rekonsiliasi integratif.
thanks ya infonya. .
BalasHapusplease visit me http://sukamembaca01.blogspot.com
saya mau tanya apa implikasinya terhadap perencanaan pembelajaran ??
BalasHapus