sing a song

Translate ^o^

Minggu, 18 November 2012

Teori-teori Belajar dan Implikasinya dalam Pembelajaran



Pendidikan Anak di SD
Dosen :  Drs. H. Zainuddin, M.Pd


Teori-teori Belajar dan Implikasinya dalam Pembelajaran
Kegiatan Belajar 1

     Teori-teori Belajar 
          A. Teori Behavioristik
Tokoh behaviorisme, antara lain J.B. Watson, Thorndike, dan B.F. Skinner (William C. Crain,1980). J.B. Watsonbegitu yakin dengan teori stimulus responsnya. Ia memangdang bahwa perilaku manusia sebagai hasil pembentukan melalui kondisi lingkungan. Perilaku individu dapat dibentuk sesuai dengan kehendak lingkungan. Pendidikan pun dianggap sebagai pembentuk perilaku manusia. Watson berkeyakinan bahwa manusia itu dibentuk bukan dilahirkan. Akan tetapi Watson mendapat reaksi pahit dari masyarakat Amerika waktu itu. Bersamaan dengan resahnya masyarakat karena pendapat Watson tersebut, Thorndike (1874_1974) mencuatkan teori belajarnya. Teori belajar Thorndike yang fundamental bahwa belajar lebih bersifat meningkap bertahap (incremental) ketimbang karena hadirnya insight (pemahaman). Artinya, belajar terjadi melalui langkah-langkah kecil yang sistematis daripada sebuah lompatan yang besar.

            Sebelum tahun 1930-an. Thorndike terkenal dengan hukum-hukum belajarnya, yaitu (a) hukum kesiapan, (b) hukum latihan, (c) hukum akibat, (d) respon berganda, (e)sikap, (f)elemen-elemen prapotensi, (g) respon dengan analogi, (h) pergeseran sosiatif. Setelah tahun 1930-an Thorndike meralat hukum latihan dan  hukum akibat. Menurutnya, law of use (hukum keterpakaian) sebagai bagian dari hukum latihan,  yang menyatakan bahwa pengulangan suatu perilaku pada praktiknya terkadang tidak akurat. Dalam revisi hukum akibat, ia menyatakan bahwa reinforcement akan menguatkan hubungan, sedangkan hukuman tidak berpengaruh pada kekuatan hubungan.

            Tokoh teori belajar behaviorisme lainnya ialah Burrhus Frederick Kinner (1904-1990), ia terkenal dengan teori operand conditioning nya. Menurut teorinya suatu respon seseorang dapat menjadi stumulis bagi orang itu.

2. Belajar Menurut Teori Behaviorism

            Perilaku menurut pendekatan ini ialah hal-hal yang berubah dan  dapat diamati. Perilaku terbentuk dengan adanya ikatan sosiatif antara stimulus dan respon. Menurut teori ini, belajar akan menampakkan hasil yang diamati dan diukur. Belajar itu sendiri dimodifikasi oleh lingkungan.

            Proses belajar terjadi dengan adanya 3 komponen pokok, yaitu stimulus, respon, dan akibat. Stimulus adalah suatu yang dating dari lingkungan yang dapat membangkitkan respons individu. Respons menimbulkan perilaku jawaban atas stimulus. Sedangkan akibat adalah suatu yang terjadi setelah individu merespons baik yang bersifat positif maupun negatif.

     B .     Teori Humanisme
     1.      Pelopor dan Pandangan Teori Humanisme
Pelopor dari teori ini antara lain AbrahamMaslow dan Carl Rogers (Anthony J. Sutich dan Limes A Vich (1969). Mallow mengembangkan teori belajarnya berdasarkan teori kebutuhan dan perkembangan motivasi. Menurut maslow, manusia merupakan makhluk yang tidak akan pernah puas dalam pencapaian sesuatu, kecuali hanya sesaat saja. Oleh karena itu, manusia akan mencari dan mencari peluang lain untuk menutupi kebutuhannya. Menurut Maslow, puncak pemenuhan kebutuhan yang sekaligus sebagai ukuran keberhasilan individu ialah berhasil dalam mengaktualisasikan diri dalam dunianya.
Carl Rogers, menurutnya manusia sebagai makhluk rasional, sosialis, ingin maju dan realisti. Baginya manusia merupakan makhluk yang memiliki potensi untuk tumbuh dan aktual, sehingga memiliki martabat yang tinggi.
Dalam konteks pembelajaran, Rogers berpendapat bahwa guru/pendidik merupakan fasilitator terjadinya insight (pemahaman) atas sesuatu oleh peserta didik. Selain itu, dalam bimbingannya perlu diberi kebebasan.

Menurut pengamatan Rogers, pembelajaran yang berbasis learning to be free membuat peserta didik berupaya untuk menjadi lebih otonom, lebih spontan, dan menjadi yakin akan dirinya. Senada dengan pengalaman Rogers ini, Djawad Dahlan sampai kepada suatu ungkapan yang menyatakan bahwa learning to be free merupakan perkembangan yang berarti untuk menjadi manusia yang “menjadi” (becoming human).

      2.      Belajar Menurut Teori Humanisme
Teori belajar humanisme ini memandang bahwa perilaku manusia ditentukan oleh dirinya sendiri, oleh faktor internal dirinya dan bukan oleh kondisi lingkungan ataupun pengetahuan. Dalam istlah Willian C. Crain paham ini disebut dengan istilah preformanisme, yaitu suatu paham yang meyakini bahwa perkembangan manusia sudah ditentukan oleh suatu zat yang ada dalam plasma sel sejak masa konsepsi.

Teori belajar humanism ini yakin bahwa motivasi belajar harus datang dari dalam diri individu. Proses belajar yang bermakna adalah belajar yang melibatkan pengalaman langsung, berpikir dan merasakan atas kehendak sendiri dan melibatkan seluruh pribadi peserta didik.





Rogers mengemukakan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut ini:
a.       Manusia mempunyai dorongan alamiah untuk belajar ; dorongan ingin tahu, melakukan eksplorasi dan mengasimilasikan pengalaman baru.
b.      Belajar akan bermakna apabila materi yang dipelajari relevan dengan kebutuhan anak.
c.       Belajar harus diperkuat dengan jalan mengurangi ancaman eksternal, seperti hukuman, penilaian, sikap merendahkan murid, mencemoohkan dan sebagainya.
d.      Belajar atas inisiatif sendiri akan melibatkan keseluruhan pribadi, baik fartor internal maupun personal.
e.       Sikap mandiri, kreativitas, dan percaya diri diperkuat dengan penilaian atas diri sendiri.
Teori humanisme, salah satu karakteristik yang harus ada pada diri guru/pendidik ialah memiliki kemampuan memotivasi belajar peserta didiknya. Selain itu guru juga harus memiliki sikap empati, terbuka, keaslian, kekonkretan, dan kehangatan.

       C.     Teori Belajar Kognitif
1.      Tokoh Teori Belajar Kognitif
a.    Max Wertheimer, Wolfgang Kohler, dan Kurt Koffka
Tokoh ini merupakan pionir teori gestalt yang mana inti dari teori ini adalah bahwa bagi kognisi manusia keseluruhan akan lebih berarti daripada bagian-bagian. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus dimulai dari gestalt (keseluruhan) dahulu, setelah itu baru menganalisis bagian-bagiannya atau unsure-unsurnya. 
b.    Kurt Lewin
Tokoh ini merupakan pengembang teori motivasi di sekitar teori medan. Inti dari teorinya adalah bahwa semakin peserta didik berada dekat dengan medan belajar, motivasi belajarnya cenderung lebih kuat dibanding peserta didik yang lebih jauh dari medan belajar. 
c.    Jean Piaget
Tokoh ini merupakan seorang teoriwan tahap. Ia mengemukakan tahap perkembangan kognitif individu, yaitu periode sensori motorik, periode praoperasional, periode operasional konkret, dan periode operasional formal.

2.      Konsep Belajar Kognitif
Aspek pada teori ini adalah berpandangan bahwa proses belajar pada manusia melibatkan proses pengenalan yang bersifat kognitif. Setiap proses belajar orang dewasa melibatkan kemampuan kognitif yang lebih tinggi dibandingkan dengan proses belajar anak. Proses kognitif turut ambil bagian selama proses belajar berlangsung. Oleh karena itu, faktor tahap perkembangan kognitif  individu menjadi pertimbangan utama dalam berlangsungnya proses belajar karena aliran ini meyakini adanya tahap-tahap perkembangan kognitif individu yang sesuai dengan usianya.Salah satu tokoh aliran kognitivisme yang paling berpengaruh terhadap praktik pendidikan adalah Jean Piaget, ilmuan Perancis ini melakukan penelitian tentang perkembangan kognitif. Berdasarkan penelitiannya, Piaget membagi proses perkembangan  ke dalam empat tahapan utama yang secara kualitatif setiap tahapan memunculkan karaktyeristik yang berbeda-beda. Tahapan perkembangan kognitif itu antara lain :
a.       Periode sensori motor (usia 0;0 - 2;0)
b.      Periode praoperasional (usia 2;0 – 7;0)
c.       Periode operasional konkret (usia 7;0 – 11 atau 12;0)
d.      Periode operasional formal (usia 12;0 – 14 atau 15;0)

3.      Penerapan Teori Belajar Kognitif dalam Pembelajaran di SD
Menurut Piaget (William C. Crain) adalah benar bahwa belajar tidak harus berpusat pada guru atau tenaga kependidikan, tetapi anak harus lebih aktif. Oleh karenanya peserta didik harus dibimbing agar aktif menemukan sesuatu yang dipelajarinya. Konsekuensinya materi yang dipelajari harus menarik minat belajar peserta didik dan menantang sehingga mereka asyik dan terlibat dalam proses pembelajaran.
Kesadaran anak akan keterlibatannya dalam proses pembelajaran perlu diarahkan guru. Oleh karena itu guru atau pendidik harus terlibat bersama peserta didik dalam proses belajar itu.
Selain itu Piaget juga mengisyaratkan bahwa kemampuan berpikir anak dengan orang dewasa itu berbeda. Implikasinya berarti bahwa sekuensi (urutan) bahan pembelajaran dan metode pembelajaran harus menjadi perhatian utama. Anak akan sulit memahami bahan pelajaran jika sekuensi bahan pelajaran itu lomcat-loncat.
Implikasi dari teori piaget lainnya adalah dalam proses pembelajaran guru atau pendidik harus memperhatikan tahapan perkembangan kognitif peserta didik.

      D.     Teori Belajar Konsep
1.      Tokoh Teori Belajar Konsep
a.       Dahar
Menurutnya konsep-konsep itu menyediakan skema-skema terorganisasi untuk mengasimilasikan stimulus-stimulus baru, dan untuk menentukan hubungan di dalam dan di antara kategori-kategori.
b.      Flavell (1970)
Tokoh ini mengemukakan tujuh dimensi konsep yaitu
-          Atribut
-          Struktur
-          Keabstrakan
-          keinklusifan
-          generalitas keumuman
-          ketepatan
-          kekuatan atau power

2.      Cara Indiviu Memperoleh Konsep-konsep
Ausubel (1968) mengatakan setiap individu dapat memperoleh konsep-konsep melalui dua cara, yaitu melalui formasi konsep dan asimilasi konsep.
a.       Formasi konsep diperoleh individu sebelum ia masuk sekolah. Oleh karena proses perkembangan konsep-konsep yang diperoleh semasa kecil termodifikasi oleh pengalaman-pengalaman sepanjang perkembangan individu.
b.      Asimilasi konsep terjadi setelah anak bersekolah. Di sini anak biasanya diberi atribut sehingga mereka belajar konseptual.


3.      Penerapan Teori Belajar Konsep dalam Pembelajaran di SD
Ada dua langkah dalam  pembelajaran yang berbasis teori belajar konsep yaitu
a.       Penemuan konsep-konsep yang akan diajarkan.
Ada dua hal yang harus dipertimbangkan ketika kita akan memberikan pembelajaran konsep. Pertama, perkembangan kognitif atau usia peserta didik yang kerap kali membuat biasnya pembelajaran konsep. Persoalannya konsep-konsep yang diajarkan harus sesuai dengan perkembangan kognitif atau usia peserta didik atau tergantung pada pencapaian konsep mana yang akan diajarkan kepada peserta didik.
Kedua, tingakat pencapaian konsep yang diharapkan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dirumuskan. Hal ini harus betul-betul dipertimbangkan sebab akan terkait dengan sampai sejauh mana penganalisisannya. Tetapi kebanyakan guru lebih menekankan pada konsep-konsep yang bersifat emergency bagi peserta didiknya. Namun demikian guru harus tetap memperhatikan dimensi perkembangan kognitif dan tujuan pencapaian konsep-konsep yang akan diajarkan.

b.      Perencanaan pembelajaran konsep
Ada dua langkah yang perlu dilaksanakan dalam rencana pembelajaran konsep, yaitu
-          Penentuan tingakat pencapaian konsep
Hal ini perlu didasarkan kepada tuntutan kurikulum, perkembangan peserta didik, dan tingkat kepentingan konsep.
-          Analisis konsep
Mencakup nama, atribut-atribut criteria dan variable, definisi, contoh-contoh dan noncontoh, seta hubungan konsep dengan konsep-konsep lain.   



Kegiatan Belajar 2
IMPLIKASI TEORI-TEORI BELAJAR BEHAVIORISME DALAM PEMBELAJARAN

A.IMPLIKASI TEORI BELAJAR BEHAVIORISME DALAM PEMBELAJARAN
            Pemahaman aliran behaviorisme menekankan penting nya keterampilan dan pengetahuan akademik maupun perilaku sosial sebagai hasil belajar.Pendekatan yang digunakan dalam proses belajar adalah pendekatan akademik.
            Tujuan pendidikan ditentukan oleh guru/pendidik sebagai lingkungan sehingga bersifat eksternal.peserta didik dianggap tidak perlu melakukan pengendalian belajar sendiri.

B. IMPLIKASI TEORI HUMANISME DALAM PENDIDIKAN
            Menurut pandangan ini guru/tenaga kependidikan berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai pengajar belaka.Proses pembelajaran diarahkan pada perkembangan kognitif,afektif maupun psikomotorik persrta didik daripada penekanan pada isi aspek dan informasi yang dipelajari.Menurut Roopnanire dan Johnson(1993),pendekatan yang sangat bermakna ialah pendekatan non-akademik yaitu pendekatan yang lebih mengutamakan perkembangan pribadi peserta didik secara utuh daripada penguasaan informasi atau pengetahuan.
            Rogers(Antony J Sutich dan Miles A Vich,1969) menegaskan bahwa dalam proses pembelajaran guru berperan aktif dalam hal-hal berikut :
  v  Membantu menciptakan iklim kelas yang kondusif dan sikap positif terhadap pembelajaran
  v  Membantu peserta didik mengklasifikasikan tujuan belajar dengan cara memberikan kesempatan   
           kepada peserta didik secara bebas menyatakan apa yang ingin mereka pelajari
  v Membantu peserta didik mengembangankan mendorongkan dengan tujuannya sebagai kekuatan 
           pembelajaran
  v Menyediakan sumber-sumber belajar

C.IMPLIKASI TEORI KOGNITIF DALAM PENDIDIKAN

            Dari aliran psikologi kognitif,teori Piaget tampak lebih banyak digunakan dalam praktek pendidikan atau proses pembelajaran.Menurut Piaget ( William C. Crain,1980:98) adalah benar belajar tidak harus berpusat pada guru tetapi anak lebih aktif
            Tahap kemampuan berpikir pra-operasional ditandai dengan berpikir anak yang bersifat egosentrik-simbolik imlikasinya ialah belajar harus berpusat kepada anak karena anak melihat sesuatu berdasarkan dirinya sendiri.Tahap kemampuan operasional konkret ditandai oleh kemampuan anak untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika walaupun masih terikat oleh objek-objek yang bersifat konkret.Tahap kemampuan berpikir normal mengimplikasikan bahwa anak melalui proses belajar mengajar harus mampu menemukan sendiri,memecahkan masalah sendiri bahkan berpikir menurut konsep sendiri.

D. IMPLIKASI TEORI BELAJAR KONSEP DALAM PEMBELAJARAN
            Ada 2 langkah dalam pembelajaran yang berbasis teori belajar konsep,yaitu
1.      Penemuan konsep-konsep yang akan diajarkan
2.      Perencanaan pelajaran yang mencakup penentuan tingkat pencapaian konsep dan analisis konsep

E.IMPLIKASI TEORI BELAJAR DARI AUSUBEL DALAM PEMBELAJARAN
            Dalam mendukung pendapat Ausubel tersebut,Nevak ( 1985 ) mengajukan penerapan peta konsep dalam suatu proses pembelajaran dengan tujuan agar lebih bermakna.
1.      Advance Organizer
Diartikan sebagai pengatur awal(Dahar,1996) dan mempersiapkan pengetahuan siap (Abin Syamsudin 1999).Intinya merupakan proses penggalian pengalaman masa lalu yang sudah ada dalam struktur kognitif peserta didik yang relevan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan.
2.      Deferensiasi Progresif
Cara mengembangkan konsep tersubsumsi yaitu dengan mengembangkan konsep umum terdahulu selanjutnya diberikan konsep-konsep yang lebih mendetail dan khusus sampai pada kecontohnya.Ini yang disebut sebagai deferensiasi sebab suatu kosep yang diajarkan perlu disusun secara hierarkis.

3.      Belajar superordinat
Belajar superordinat terjadi bila konsep-konsep yang dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur-unsur dari suatu konsep yang lebih luas,lebih inklusif (Dahar,1996).

4.      Penyesuaian Integratif
Terkadang anak dihadapkan kepada permasalahan dwifungsi suatu konsep dan dengan kenyataan ini mereka mengalami semacam pertentangan kognitif.Misalnya penggunaan kata bisa yang berarti dapat/ mampu dan arti lainnya racun.
Menurut Ausubel untuk mengatasi atau mengurangi pertentangan kognitif seperti itulah penggunaan penyesuaian prinsip-prinsip integratif yang sering disebut dengan istilah rekonsiliasi integratif.
           

2 komentar:

  1. thanks ya infonya. .
    please visit me http://sukamembaca01.blogspot.com

    BalasHapus
  2. saya mau tanya apa implikasinya terhadap perencanaan pembelajaran ??

    BalasHapus